Jadi lo bayangin lagi ditengah gurun
Matahari kayak oven, dan… sumur jauh di depan tapi harus bayar mahal ke orang Yahudi yang punya. It’s nasty. Anehnya, ini bukan setting film drama — ini nyata di zaman Madinah dulu.
Di video WAKAF SUMUR UTSMAN BIN AFFAN YG BER UMUR 1400 TAHUN, dijelasin gimana kondisi parahnya air di Madinah saat paceklik. Umat Islam kesulitan cari sumber air. Waktu itu sumur Raumah – milik orang Yahudi – masih punya air meskipun kekeringan, dan orang-orang rela antri mahal-mahal beli air dari situ
Nabi Muhammad ﷺ ngomong gini:
“Wahai sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala.” Pengelola Wakaf+1
Langsung aja, Utsman bin Affan-nya ga drama kuotasi. Dia mulai negosiasi sama pemilik sumur. Awalnya cuma pengen beli setengahnya, tapi karena rakyat butuh banget, dia terus sampe akhirnya full ownership. Digunain gratis untuk orang banyak, gak cuma Muslim bahkan orang Yahudi pun boleh pake.
Sumur itu ga stagnan manfaatnya. Sekitar sumur ditanami kurma, kebunnya berkembang, hasilnya dipake untuk bantu anak yatim, fakir miskin, dan muamalat umat Islam. Sekarang pun masih terasa manfaatnya.
Kenapa Lo Harus Belajar Dari Utsman?
- Lo suka bilang “nanti dulu”, “gak punya waktu”, “tunggu gaji”, padahal Utsman waktu itu hadapi paceklik & krisis air, langsung action.
- Lo bisa boros beli kopi kekinian tiap hari, tapi sedekah sumur buat ribuan orang ditunda-tunda.
- Lo mikir dua kali buat berbagi sedikit, Utsman mikirnya: “ini kesempatan pahala jariyah yang bakal ngalir terus.”
Apa yang Bisa Kita ambil dari Kisah Ini
- Wakaf itu bukan cuma modus sosial media. Manfaatnya harus nyata dan berkelanjutan.
- Jumlah atau skala gak selalu jadi pengukur utama — yang penting niat + keberanian untuk mulai.
- Pahala jariyah itu legit. Sumur, air bersih, fasilitas umum yang lo bantuin — pahalanya terus ngalir walau lo udah nggak ada.
Oke, sekarang lo tinggal milih. Mau jadi tipe “nanti”, “tunggu cukup” — atau lo mulai dari sekarang, meskipun kecil, tapi konsisten? Karena kalo Utsman bin Affan aja bisa beli dan wakaf sumur untuk umat di situasi kacau, lo juga bisa cari cara membuat impact kecil di lingkungan lo.
Sumur itu mesti ada, bukan cuma di hafalan hadits, tapi di rumah lo, di komunitas lo, di tetangga lo. Yuk, mulai jadi orang yang manfaatnya terus ngalir ke orang lain — bukan cuma yang lembur cari likes doang.